Senin, 16 Mei 2011

Belajar fotografi melalui film

Film (movie) memiliki banyak persamaan dengan fotografi. Sama seperti fotografi, film dibuat dengan mengunakan kamera, tepatnya video camera dan juga mengunakan lensa. Dalam beberapa tahun terakhir, kamera digital SLR banyak yang sudah bisa merekam video dan digunakan secara luas baik untuk hobi maupun profesional.
Sama seperti halnya fotografi, untuk memproduksi film yang berkualitas visual yang baik, diperlukan pemikiran yang matang terhadap lighting (pencahayaan), komposisi, warna dan sebagainya.
Oleh sebab itu, dengan menonton film yang baik secara visual, kita bisa belajar tentang fotografi juga. Yang penting kita tidak asal nonton saja, tapi sambil nonton, sambil memperhatikan elemen-elemen visual di dalam film. Contohnya komposisinya, dimana penempatan subjek utama? apakah di tengah-tengah atau agak sedikit kesamping (mengikuti aturan sepertiga). Darimana arah datangnya cahaya? apakah dari atas, bawah, atau samping? Keras atau lembut cahayanya? Mengapa sutradara memilih pencahayaan yang demikian?
Lalu perhatikan juga pengunaan warna di dalam menonton film. Warna biasanya dikaitkan dengan mood/perasaan. Warna kuning dan jingga menggambarkan perasaan yang hangat, gembira. Warna biru menggambarkan suasana yang dingin atau tenang. Warna gelap seperti hitam menggambarkan suasana yang misterius dan horror.
Dari menonton film, kita-kita yang belajar fotografi bisa memperoleh manfaat untuk meningkatkan ilmu fotografi kita. Maka dari itu kalau bisa jangan sekedar nonton, tapi juga perhatikan komposisi elemen-elemen visual yang digunakan sang sutradara.
Beberapa film dari jaman dulu yang visualnya bagus untuk dipelajari:
day-of-heaven
Days of Heaven (1978) Pemeran utama Richard Gere
Film jadul ini scene-scenenya hampir semua dibuat pada sore menjelang malam hari saat matahari rendah di cakrawala dan memancarkan cahaya keemasan. Di fotografi, kita mengenal istilah magic hours, yaitu sekitar 30 menit sebelum matahari tenggelam. Saat itu warna langit dramatis dan hangat.
the-last-emperor
The Last Emperor (1987)
Film tentang kehidupan Puyi, kaisar terakhir Dinasti Qing Cina dari kecil sampai tua. Di dalam film ini, digunakan banyak sekali warna-warna yang merefleksikan atmosfer pada saat itu. Misalnya sutradara memilih warna-warna cerah seperti kuning dan jingga pada saat Puyi kecil melukiskan masa-masa bahagianya. Dan mengunakan warna yang agak kelam (saturasi warna yang rendah) pada saat Puyi ditahan.
in_the_mood_for_love
In the mood for Love (2000) pemeran utama Maggie Cheung & Tony Leung
Film Hongkong ini tentang kisah percintaan antara dua insan yang kesepian karena ditinggal oleh pasangan mereka. Film ini menarik karena kameramennya adalah juga fotografer. Maka dari itu komposisi foto ini sangat menarik secara visual dan lebih terkesan fotografi daripada komposisi yang biasanya kita lihat di film. Pemakaian warna-warna juga sangat baik untuk menggambarkan mood. Seperti penggunaan warna merah untuk menggambarkan cinta yang menggebu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar