Senin, 16 Mei 2011

Peran kamera ponsel dalam perkembangan fotografi

Smartphone, atau ponsel pintar, semakin lama semakin populer sebagai alat untuk fotografi terutama untuk 1-2 tahun terakhir ini. Hampir semua ponsel cerdas memiliki kamera, dari 2 MP sampai 12 MP. Semakin lama, kualitas foto pun sudah semakin tinggi dan ada yang sudah melampaui kamera saku, misalnya kamera Nikon N8.
Kamera seperti Nokia N8, kualitas fotonya sudah melebih banyak kamera saku dipasaran tahun 2010 ini
Kamera seperti Nokia N8, kualitas fotonya sudah melebih banyak kamera saku dipasaran tahun 2010 ini
Selain kualitas foto yang semakin meningkat, ponsel pintar juga jauh lebih praktis daripada membawa kamera saku secara terpisah. Ponsel cerdas bisa digunakan untuk merias foto, bisa juga langsung diunggah ke jejaring sosial seperti Facebook untuk dibagikan kepada teman-teman lain. Tentunya ponsel cerdas ini bisa melakukan hal-hal lain seperti menelepon, chatting, browsing dan sebagainya.
Dengan mengunakan aplikasi instagr.am di ponsel cerdas iPhone, Anda bisa mengubah nuansa foto menjadi klasik dengan mudah
Dengan mengunakan aplikasi instagr.am di ponsel cerdas iPhone, Anda bisa mengubah nuansa foto menjadi klasik dengan mudah
Dibandingkan dengan kamera saku biasa, kamera ponsel cerdas memang masih memiliki kekurangan-kekurangan. Tapi diantaranya malah merupakan kelebihan yang terselubung.
Misalnya kamera ponsel tidak memiliki lensa zoom seperti kamera saku, tapi justru karena tidak ada zoom, maka kita “dipaksa” untuk mengunakan kaki kita untuk zoom, akibatnya sudut pengambilan foto akan lebih baik.
Selain itu, banyak mengeluhkan kualitas foto yang dihasilkan oleh ponsel, tapi seperti yang disebut diatas, ponsel cerdas keluaran tahun 2010 ini, seperti Apple iPhone 4 dan Nokia N8, sudah bisa disejajarkan atau bahkan melebihi kualitas kamera saku. Dan lagi, untuk keperluan online seperti Facebook, sebenarnya foto berukuran 0.3 MB saja sudah cukup besar.
Yang terakhir yaitu kamera saku memiliki fungsi atau kontrol yang terbatas, seperti tidak memiliki fungsi manual. Tapi karena kesederhanaan fungsi tersebutlah yang membuat kita terfokus dengan komposisi dan aspek estetika lainnya.
best-cameraMaka dari itu, kamera cerdas saat ini lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kamera saku untuk membuat foto. Bahkan banyak fotografer profesional yang mengunakan kamera ponsel untuk kegiatan kesehariannya seperti Chase Jarvis dan bukunya yang berjudul “The Best Camera is the one that’s with you

Seni di dalam fotojurnalisme

Biasanya fotojurnalisme, atau sering disebut juga foto liputan, reportase, membosankan dan tidak ada seninya. Pendapatan wartawan foto juga termasuk rendah terutama dibandingkan dengan foto komersil atau potret. Dalam dekade terakhir, ada upaya untuk menyegarkan foto liputan, yaitu dengan mengkombinasikan seni ke dalam foto liputan.  Saya sendiri menyambut positif elemen artistik ke dalam fotojurnalisme. Elemen ini membuat foto menjadi lebih menarik untuk dinikmati.
Lalu, bagaimana caranya membuat fotojurnalisme menjadi lebih artistik?

KOMPOSISI

Saya pikir komposisi adalah poin yang sangat penting untuk membuat foto menjadi lebih artistik, tidak terkecuali dalam foto liputan. Banyak prinsip komposisi yang ada dan bisa dicoba-coba. Tantangannya adalah jenis komposisi yang mana yang sesuai dengan apa yang ada di depan kita.
Salah satu prinsip dasar yang paling banyak digunakan adalah Rule of Thirds, yaitu menempatkan subjek utama 1/3 dari badan foto, daripada memposisikan subjek di tengah-tengah badan foto.
Dengan menempatkan subjek foto gak sebelah kanan (bukan ditengah), foto terlihat lebih dinamis
Dengan menempatkan subjek foto gak sebelah kanan (bukan ditengah), foto terlihat lebih dinamis
Lalu saya juga suka mencari pola dalam foto, yaitu bentuk yang berulang-ulang seperti kain batik.
Contoh komposisi pola: Di sini, saya menangkap tiga orang nenek-nenek sedang tersenyum saat mendengarkan ceramah
Contoh komposisi pola: Di sini, saya menangkap tiga orang nenek-nenek sedang tersenyum saat mendengarkan ceramah
Kita juga bisa “break down” (membongkar) suatu pemandangan ke elemen-elemen dasar grafis seperti garis, segitiga, persegi panjang, lingkaran dan lain-lain.
Komposisi dalam foto diatas memiliki bentuk segitiga
Komposisi dalam foto diatas memiliki bentuk segitiga. Saya juga menerapkan prinsip rule of thirds
Kombinasi komposisi garis dan perspektif (Saat membuat foto ini, saya jongkok sehingga sudut pandang lebih menarik daripada bila saya berdiri)
Kombinasi komposisi garis dan perspektif (Saat membuat foto ini, saya jongkok sehingga sudut pandang lebih menarik daripada bila saya berdiri). Foto juga terlihat lebih tiga dimensi karena saya mengunakan lensa lebar
Selain itu, kita bisa mengubah perspektif / sudut pandang kita, misalnya naik ke tempat yang lebih tinggi, atau jongkok dan tiarap. Mengunakan lensa lebar juga bisa membuat sudut pandang yang lebih menarik.

MINIMALISTIK

Untuk membuat foto Anda keliatan lebih nyeni lagi, Anda bisa mencoba membuat latar belakang menjadi kabur. Dengan demikian, subjek Anda akan lebih menonjol dan latar belakang menjadi seperti efek lukisan.
Untuk membuat foto menjadi benar-benar minimalistik, kita harus benar-benar memperhatikan latar belakang, cari latar belakang yang polos dan tidak rumit, sehingga saat di blur dengan setting aperture/bukaan besar, latar belakang benar-benar mulus sehingga tidak mengganggu perhatian pemirsa akan subjek utama.
Saya mencoba membuat foto ini seminimal mungkin dengan membuat latar belakang menjadi kabur, sehingga terlihat seperti lukisan dan pemirsa lebih fokus melihat pada subjek utamanya. Selain itu dari komposisi, saya tidak memposisikan subjek di tengah foto
Saya mencoba membuat foto ini seminimal mungkin dengan membuat latar belakang menjadi kabur, sehingga terlihat seperti lukisan dan pemirsa lebih fokus melihat pada subjek utamanya. Selain itu dari komposisi, saya tidak memposisikan subjek di tengah foto

OLAH FOTO

Setelah di foto diambil, kita bisa memproses foto kita di Photoshop atau Lightroom. Karena fotojurnalisme, maka saya tidak memanipulasi foto. Yang saya lakukan biasanya adalah melakukan fine tuning warna, eksposur dan kroping. Kadang-kadang saya mengubah foto menjadi hitam putih bila saya merasa fotonya akan lebih enak dilihat.
Memang teknologi piranti lunak sangat hebat sekarang dan mudah sekali dilakukan, tapi yang paling penting tetap adalah saat pengambilan foto, jangan sepelekan itu dan jangan pernah terbersit pemikiran seperti “Ah nanti aja di betulin atau dipercantik di Photoshop atau piranti lunak pengolah foto lainnya. Juga, saya sarankan jangan terlalu asik mengolah foto (over processing) sehingga inti dari foto tersebut hilang atau berubah.

Segala hal tentang lensa telefoto

Biasanya, orang-orang mengunakan lensa telefoto untuk memperbesar subjek di kejauhan, tapi sebenarnya masih banyak fungsi lensa telefoto yang lain. Artikel ini akan membahas segala tentang lensa ini.
Pertama-tama, mari kita definisikan apa yang termasuk lensa telefoto. Menurut saya sebuah lensa dianggap sebagai lensa telefoto bila memiliki rentang fokal 60mm atau lebih (ekuivalen kamera full frame). Lebih lebar dari 60mm, termasuk lensa standar atau lensa lebar.
Ada dua tipe lensa telefoto: satu adalah lensa telefoto yang tidak bisa zoom, seperti Canon EF 85mm f/1.8. Yang kedua adalah lensa zoom, seperti Canon 70-200mm f/4 L. Lensa yang bisa zoom lebih multi fungsi, tapi yang tidak bisa zoom biasanya memiliki bukaan maksimal yang lebih lebar, berukuran kecil dan lebih lebar. Ada juga lensa sapu jagad, yang memiliki rentang fokal dari lebar sampai telefoto. Contohnya lensa 18-200mm.
Mari kita kupas karakter lensa telefoto.

Memperbesar subjek foto

Karakter yang paling menonjol dari lensa telefoto adalah membesarkan subjek di kejauhan. Karakter ini membuat lensa telefoto menjadi sering digunakan untuk fotografi olahraga, satwa liar, arsitektur, pemandangan atau subjek lain dimana Anda tidak bisa mendekati lebih dekat lagi. Lensa telefoto juga ideal untuk mengambil gambar secara candid, karena saya bisa mengambil gambar dari kejauhan tanpa diketahui oleh orang yang diambil gambarnya.
Dengan mengunakan lensa telefoto, penari yang berada jauh dari kita terlihat besar dan dekat

Makro atau close-up

Meskipun kita bisa memperbesar subjek foto di kejauhan, tapi sebagian besar lensa telefoto tidak sesuai untuk memperbesar subjek dari jarak dekat (makro fotografi). Hal ini disebabkan karena banyak lensa telefoto tidak bisa fokus dekat dengan subjek foto. Solusi atas hal ini adalah memakai lensa telefoto khusus untuk fotografi makro, seperti Canon EF 100mm f/2.8 USM, atau Nikon 85mm f/3.5 DX VR.

Kedalaman fokus yang tipis

Semakin jauh rentang fokal yang digunakan, daerah yang tidak fokus di foto (latar belakang misalnya) menjadi semakin buram. Karena karakter ini, lensa telefoto banyak digunakan untuk foto potret. Karena ini bisa membuat orang yang meliat foto fokus dalam melihat subjek foto daripada latar belakang.

Efek Kompresi

Karakter lain dari lensa telefoto adalah lensa telefoto membuat foto menjadi seperti terkompresi. Latar belakang dan subjek foto sepertinya menjadi terlihat dekat, foto menjadi terlihat dua dimensi. Maka dari itu, banyak fotografer memilih lensa lebar untuk foto pemandangan karena lensa lebar membuat foto menjadi berkesan tiga dimensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang lensa telefoto lebih baik daripada lensa lebar untuk foto pemandangan. Misalnya, lensa telefoto dapat membuat bulan atau matahari lebih besar dari pandangan mata telanjang, sehingga membuat pemandangan menjadi lebih dramatis. Lensa telefoto juga bisa membuat latar belakang seperti pegunungan menjadi lebih dekat dan lebih besar daripada sesungguhnya.
Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi
Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi

Potret

Seperti yang saya bahas sebelumnya, lensa telefoto cukup populer bagi foto potret, terutama foto close-up atau kepala dan bahu. Lensa telefoto bisa membuat seseorang menjadi lebih menarik, karena lensa ini bisa mengeliminasi distorsi wajah. Dan karena kedalaman fokus tipis, potret wanita menjadi menarik karena efek lembut yang ditimbulkan. Di lapangan, banyak fotografer fashion yang mengunakan lensa telefoto yang sangat panjang seperti lensa 200mm atau lebih panjang lagi.

Foto grup

Banyak orang percaya bahwa untuk mengambil foto grup, terutama yang memuat banyak orang, memerlukan lensa lebar. Tapi lensa lebar membuat distorsi terutama di pinggir foto. Menurut saya, mengunakan lensa telefoto untuk foto grup lebih baik.
Ketika kita mengambil foto grup yang berukuran besar dan bertingkat-tingkat, lensa telefoto menjadi lebih berguna karena wajah orang-orang di belakang akan terlihat kurang lebih sama besar daripada orang di depan. Bila Anda mengunakan lensa lebar, maka foto orang yang baris belakang, akan terlihat jauh lebih kecil daripada orang-orang dibaris paling depan, kecuali bila kita mengambil foto dari ketinggian.
Dengan mengunakan lensa telefoto saat mengambil foto grup, efek distorsi yang biasa terdapat di lensa lebar bisa dieliminasi.

Tantangan dalam mengunakan lensa telefoto

Akan ada beberapa tantangan saat memakai lensa telefoto. Pertama, akan lebih sulit membuat kamera dan lensa stabil sehingga foto yang dihasilkan tidak kabur/buram. Hal ini karena ukuran lensa telefoto yang relatif lebih besar dan berat dari lensa lebar. Untuk pengambilan foto yang sempurna, mungkin Anda memerlukan tripod atau meningkatkan shutter speed dan ISO sesuai dengan kebutuhan.
Tantangan kedua adalah ukuran yang besar dan berat. Akan lebih menyulitkan membawa lensa telefoto dalam perjalanan jauh. Anda juga akan menarik perhatian orang bila menenteng lensa telefoto yang panjang.
Tantangan ketiga yaitu luas lapangan. Anda memerlukan tempat yang cukup luas supaya lensa telefoto bisa berfungsi dengan baik. Misalnya, Anda memerlukan kurang lebih tiga meter bila ingin foto close-up dengan mengunakan lensa telefoto medium 85mm. Bila mengunakan lensa yang lebih panjang lagi, seperti 100 atau 200mm, Anda memerlukan ruang yang lebih besar lagi. Sebagian besar lensa telefoto juga memiliki minimum jarak fokus yang cukup jauh yaitu diatas 1 meter, kecuali lensa makro.
Kekurangan terakhir adalah harga. Banyak lensa telefoto dijual dengan harga lebih mahal dari lensa lebar terlebih untuk lensa telefoto yang berbukaan besar dan memiliki fitur peredam getar (image stabilization/vibration reduction). Parahnya, lensa telefoto lebih memerlukan fitur-fitur ini daripada lensa lebar.
Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm
Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm
Saya harapkan artikel ini bisa membuat saudara-saudari sekalian lebih mengerti tentang karakter lensa telefoto dan bisa mengunakan lensa telefoto lebih efektif.

Tips auto fokus

Fokus yang akurat penting untuk mendapatkan hasil foto yang tajam. Foto yang fokusnya melenceng sulit atau hampir tidak bisa diperbaiki.
Di jaman dulu, hanya ada manual fokus. Manual fokus untuk kamera digital SLR agak sulit karena banyak kamera yang memiliki jendela bidik kecil dan kurang terang. Tapi untunglah kamera digital SLR modern memiliki auto fokus.
Meski demikian, kita harus menentukan moda auto fokus yang tepat supaya gambar yang dihasilkan tajam dan konsisten.
Berikut ini adalah beberapa mode auto fokus yang biasa ditemui di kamera DSLR:
AF-S atau single point focus (Nikon) atau One Shot (Canon)
Mode ini cukup sederhana, Anda memilih satu titik fokus, kemudian tekan setengah tombol shutter. Kamera akan mengunci titik fokusnya. Meskipun objek foto bergerak, fokus tetap tidak berubah.
Mode ini khusus untuk objek foto yang tidak bergerak, seperti pemandangan, foto model, produk dan sebagainya. Hati-hati dalam memakai mode ini karena bila objek foto bergerak maka fokus tidak akurat lagi.
AF-C atau Continuous auto focus (Nikon) atau AI Servo (Canon)
Mode ini kebalikan dengan mode yang pertama diatas. Saat auto fokus diaktifkan dengan menekan tombol shutter setengah penuh, kamera akan mengikuti gerak objek foto yang bergerak. Mode ini cocok untuk fotografi olahraga, burung, dan benda yang bergerak lainnya.
Cara kerjanya kurang lebih adalah kamera memprediksi gerakan objek foto dan kemudian memindahkan titik fokus sesuai yang diprediksikan. Apa yang perlu kita lakukan hanya terus menekan tombol shutter setengah penuh dan mengikuti objek fotonya.
Di kamera DSLR yang canggih, biasanya mode ini bisa dimodifikasi secara khusus tergantung dengan keinginan dan pergerakan objek foto.
AF-A atau AI-Focus
Mode auto fokus ini adalah mode campuran antara mode auto fokus single shot dan continuous servo. Bila kamera mendeteksi objek foto tidak bergerak, maka otomatis akan bersifat seperti auto fokus single shot, tapi kalau kamera mendeteksi objek foto bergerak, maka akan otomatis memprediksi letak dan mengikuti objek foto.
Mode ini ideal untuk objek foto yang tidak bergerak namun akan segera bergerak. Untuk objek yang tidak bergerak atau sedang bergerak, lebih baik langsung mengunakan auto fokus single shot atau continuous daripada mode otomatis ini.

Memilih titik fokus

9 titik auto fokus yang biasanya dijumpai di kamera DSLR Canon
9 titik auto fokus yang biasanya dijumpai di kamera DSLR Canon
Selain mode auto fokus diatas, kamera digital SLR juga memungkinkan kita memilih titik fokus yang dikehendaki, ataupun membiarkan kamera memilih titik fokus.
Bila kita memilih kamera yang menentukan titik fokus untuk kita, biasanya kamera akan berusaha mendeteksi muka seseorang (face detection) atau memilih objek terdekat dengan kamera.
Manual fokus
Meskipun di era kamera digital SLR, fungsi manual fokus sudah banyak ditinggalkan, namun ada beberapa kondisi dimana manual fokus mutlak atau dianjurkan untuk dipakai.
Manual fokus lebih baik untuk foto makro / close up benda-benda kecil, seperti serangga, bunga dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena auto fokus biasanya gagal mendeteksi objek yang terlalu dekat dan objek dengan lensa dan bila objek foto memiliki kontras yang rendah.
Beberapa tahun terakhir ini, banyak kamera digital SLR yang telah memiliki fitur live view, dimana kita bisa melihat langsung objek foto melalui layar LCD. Kita juga bisa mengunakan tombol zoom untuk membesarkan gambar di LCD. Mengunakan fitur ini dengan manual fokus saat kamera didudukan di atas tripod bisa menghasilkan foto dengan auto fokus yang sangat akurat.
Tips auto fokus
Supaya fokus foto selalu tepat sasaran, berikut tips-tips yang mungkin bisa membantu:
  1. Gunakan titik fokus tengah terutama bila Anda memiliki kamera digital SLR pemula atau kamera yang sudah berumur. Titik fokus tengah adalah titik fokus yang paling sensitif dan akurat.
  2. Tekan tombol shutter setengah penuh untuk mengunci fokus, kemudian Anda bisa merekomposisikan foto dengan menggeser kamera ke kiri atau ke kanan.
  3. Nyalakan lampu bantu auto fokus (AF Assist Lamp) untuk membantu auto fokus di kondisi cahaya yang gelap.
  4. Auto fokus sering gagal saat kita mencoba untuk fokus ke objek foto yang kurang kontras. Maka dari itu, cari bagian yang kontras atau ujung objek. Kemudian kunci fokus dengan menekan tombol setengah penuh dan rekomposisikan foto dengan menggeser kamera bila perlu.
  5. Lihat konfirmasi fokus di dalam jendela bidik, biasanya berupa bulatan hijau atau kotak hijau. Bila sudah muncul, itu berarti bahwa fokus sudah terkunci sempurna. Ini berlaku juga ketika mengunakan manual fokus.
  6. Gunakan fitur live view untuk membesarkan objek foto sehingga fokus menjadi sangat akurat, tapi jangan lupa memakai tripod saat mengunakan metode ini.

Tips membuat foto yang indah dan cantik

Sebagian besar dari kita bertujuan membuat foto yang indah dan cantik. Jika kita lihat foto-foto yang beredar di internet seperti foto model, fashion, wedding, dan iklan, biasanya terfokus pada keindahan atau kecantikan.
Lalu bagaimana kita bisa membuat foto yang indah? Tentunya kita harus mempelajari apa yang dipersepsikan indah dan cantik oleh orang-orang kebanyakan.
beauty-01-chris-willis
Cantik = Model yang berawajah cantik dan berkulit putih mulus - Foto oleh Chris Willis, Creative Commons
Dalam sebuah riset di bidang psikologi, didapatkan bahwa orang-orang cenderung menyukai foto yang  terang dan kontrasnya tinggi. Selain itu biasanya orang-orang menyukai foto yang kaya warna, seperti pemandangan alam, sunset dan sunrise.
Orang-orang juga menyukai foto yang terlihat tajam, sehingga perdebatan antara lensa atau merek kamera yang mana yang membuat foto lebih tajam selalu ramai di forum-forum fotografi.
Di dalam foto portrait (foto orang), sebagian orang pun menyukai foto model yang cantik. Wajah yang cantik biasanya memiliki bentuk yang simetri dan proporsional. Wajah yang cantik juga memiliki kulit yang bebas jerawat atau bintik-bintik pada wajah dan tentunya mulus. Maka dari itu, banyak fotografer mengunakan pengolah gambar untuk memuluskan wajah manusia yang biasanya tidak sempurna.
Di foto portrait wanita, biasanya orang-orang menyukai model yang tinggi semampai dengan kaki yang panjang, pinggang yang ramping tapi berukuran dada yang besar. Sedangkan untuk pria, orang-orang menyukai dada dan perut yang berotot, tinggi dan berbahu lebar.
Tapi hati-hati juga karena setiap daerah dan budaya berbeda-beda. Misalnya saja, di Indonesia, wanita cantik itu berkulit putih seperti bule, sedangkan di negeri barat, malah kulit yang kecoklat-coklatan atau sawo matang justru lebih cantik daripada kulit pucat. Maka dari itu bule-bule suka ke pantai untuk “menggosongkan kulit mereka.”

Membuat foto cantik itu gak sesukar yang dibayangkan:

1. Komposisi foto yang baik
2. Pengunaan / penempatan sumber cahaya/lighting yang tepat untuk menonjolkan hal-hal yang indah dan menutupi hal yang kurang indah
3. Penguasaan digital imaging untuk membuat gambar lebih cantik lagi (tapi awas berlebihan!)
4. Less is more : Fokus ke yang cantik & indah saja
5. Cari pemandangan atau orang yang cantik untuk di foto
6. Kuasai dasar fotografi dan pengunaan lensa yang tepat
7. Perhatikan harmoni dan keseimbangan : Warna, tekstur dan hubungan antara subjek dan latar belakang perlu dipertimbangkan.
Indah = Pemandangan alam yang kaya warna - foto oleh Kevin Cole - Creative Commons
Indah = Pemandangan alam yang kaya warna - foto oleh Kevin Cole - Creative Commons
Nah gampang kan membuat foto yang cantik dan indah? Tapi fotografi bukan terbatas hanya membuat foto yang cantik dan indah saja. Fotojurnalisme misalnya, justru sengaja menghindari yang cantik-cantik dan indah-indah. Malahan mencari kondisi kehidupan yang kurang baik, misalnya korban perang, gempa bumi dan lain-lain.
Ada pula human interest yang fokus kepada adegan-adegan dan realita kehidupan yang  alami.  Selain itu ada fotografer yang memfokuskan untuk mengabadikan hal-hal yang sering dijumpai sekitar rumah. Meski bagi sebagian orang akan menganggap fotografi yang tidak indah dan tidak cantik membosankan, tapi dengan komposisi dan pencahayaan tertentu, foto bisa terlihat lebih menarik.

Bagaimana memotret siluet (konsep dynamic range)

Sebenarnya sangat mudah , yang perlu kita pahami adalah konsep dynamic range pada fotografi. Salah satu konsep penting yang perlu diketahui oleh setiap newbie yang ingin belajar fotografi. Apa itu Dynamic Range ?
Dynamic Range dalam fotografi adalah rentang perbedaan gelap dan terang dari sebuah scene. Kamera ternyata mempunyai batas kemampuan menangkap rentang perbedaan tersebut . Kamera Canon EOS 1-D Mark III memiliki dynamic range sekitar 11 stop (link).  Rentang 11 stop itulah yang tertangkap dengan baik detilnya di sensor kamera , di luar itu detilnya akan gelap/black atau washout. Nah , padahal di dunia nyata .. scene yang akan kita foto amat sering memiliki rentang stop lebih dari 11 stop. Misal nih : foto di siang hari kenapa langitnya putih , atau kenapa ketika langitnya biru/detil tapi orang yang difoto jadi gelap ? itu tanda dari efek dynamic range .
Kekurangan itu ada tip / trik untuk mengatasinya . Diantaranya adalah trik High Dynamic Range (HDR) yang sedang populer , penggunaan Gradual ND Filter (seperti foto saya ini) , Multi Exposure . Lain kali lah kita coba diskusi , pokoknya cara kerja dynamic range seperti diatas.
Dynamic Range
Dynamic Range

Teknik Foto Siluet
Kembali ke teknik memotret siluet , apa hubungannya dengan dynamic range ? Kekurangan kamera karena efek dynamic range ternyata justru menjadi keunggulan karena kita bisa memotret siluet. Main logika saja , kalau kita memotret scene yang memiliki rentang gelap dan terang yang lebar ( misal sunset , sunrise )  , karena efek dynamic range maka beberapa bagian dari foto akan tampak gelap/hitam. Nah itulah siluet yang kita cari.
Setting kamera yang digunakan sebenarnya tidak terlalu pakem. Pake F aperture berapa , shutter speed berapa , ISO berapa .. itu mah terserah sampeyan . Yang penting nih .. metering pada bagian yang terang. Lihat foto dibawah , saya posisikan metering di sekitaran matahari , kalau ditengah matahari pasti yg lainnya jd gelap belaka saking kuatnya intensitas cahaya  .
beach kids
beach kids
Pada foto diatas saya menggunakan metering Spot karena lebih mudah mengarahkan titik metering . Metering lainnya ( Average dan Matrix ) tetap bisa digunakan. Malah menurut saya lebih praktis menggunakan metering tersebut ( Average dan Matrix ) . Peluang berhasilnya tinggi , kalau exposurenya kurang pas tingga di compensate 1-2 stop.
Kebalikan dari konsep siluet mgkn adalah backlighting . Tinggal dibalik saja sebenarnya , cari background yang gelap kontras terhadap obyek yang akan kita foto. Saya pernah bahas di Backlight
Tip memotret Siluet
  • Latihlah mata kita untuk bisa melihat scene . Lihat perbedaan terang dan gelap , dari sana kita bisa tentukan apakah bisa memotret sebuah siluet atau tidak. Memang , cara mudah mencari siluet adalah ketika sunrise atau sunset , posisi matahari yang rendah mempermudah terciptanya sebuah siluet. Tapi sebenarnya tidak harus dengan matahari , cukup dengan sumber cahaya yang terangpun sudah bisa . Ingat , asal rentangnya lebar .. pasti bisa siluet
Siluet Daun
Siluet Daun
  • Upayakan agar obyek yang akan menjadi siluet tidak tumpang tindih. Kalau tumpang tindih nanti pemirsa fotonya jadi bingung. Ini sebenarnya obyek apa sih ? jadi mirip kartu test yg biasa diberikan psikolog :p
  • Do some kicking !! hehe maksudnya action dikit lah . Karena kita metering di bagian cahaya yang sangat terang otomatis shutter speed menjadi tinggi , cukup cepat untuk menangkap action kita seperti lompat , terjun , kungfu kick ?
  • Bagaimana agar foto orang tetap muncul detilnya ? triknya , gunakan flash . Tidak ada cara lain. Tetap metering pada bagian yang terang , nyalakan flash , dan jepret .

Tips untuk memperoleh kamera dan lensa idaman

Seringkali, untuk mendapatkan kamera, lensa atau peralatan kamera yang kita inginkan, kita merasa sulit sekali mendapatkannya, terutama karena dana kita yang terbatas. Sebenarnya, tidak perlu jadi orang kaya untuk bisa memperoleh kamera dan lensa idaman kita. Tips-tips dibawah ini mungkin bisa membantu.
Penghasilan tambahan
Pertama-tama, kita perlu mendapatkan penghasilan yang lebih dari pengeluaran kita, bila tidak, maka kita akan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar kita dan selalu tidak ada dana untuk membeli peralatan fotografi baru.
Mencari penghasilan tambahan merupakan salah satu solusi yang baik. Pekerjaan tersebut tidak perlu dari fotografi. Lebih baikmelalui hal-hal lain yang lebih Anda lebih kuasai. Contohnya, bila Anda seorang guru, Anda bisa memberikan les privat.
Hidup hemat
Kecenderungan manusia bila memiliki penghasilan berlebih yaitu pengeluarannya juga biasanya meningkat seiring dengan penghasilan. Untuk itu memiliki gaya hidup hemat itu penting. Hemat bisa berarti banyak hal, tapi menurut versi saya, hemat adalah mengeluarkan biaya sedikit mungkin untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Namun.. jangan terjebak dengan harga yang terlalu murah. Biasanya harga yang terlalu murah dari pasaran itu memiliki resiko tinggi, misalnya mungkin itu penipuan, atau barang second yang sudah agak rusak.
Ganti sistem
Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau, tapi jangan tergiur untuk cepat-cepat upgrade dan pindah sistem/merek kamera sebelum memang benar-benar membutuhkannya. Bukan karena biaya pindah dan upgrade mahal, tapi juga otomatis kita perlu belajar ulang tata letak dari kamera baru tersebut. Butuh waktu yang lumayan lama untuk beradaptasi dengan mulus dengan sistem atau kamera baru.
Lensa lebih tahan lama daripada kamera
Dalam membeli lensa, membeli lensa second atau bekas biasanya termasuk keputusan yang cukup baik, asal memang kita bisa menguji lensa atau lensanya telah diuji oleh pihak yang berpengalaman. Beberapa lensa saya adalah lensa bekas dan saya cukup senang karena mendapatkan lensa yang nyaris baru tapi harganya berbeda hampir 1.5 juta Rupiah dari yang baru.
Membeli lensa yang berkualitas tinggi lebih baik daripada yang tanggung-tanggung, karena kualitas lensa yang tinggi itu jarang turun harganya, sebagian besar naik mengikuti inflasi dan juga kelangkaan barang.
Beli kamera model lama
Kamera DSLR dirilis cukup sering, dalam satu-dua tahun, biasanya model kamera DSLR baru beredar. Nah, biasanya kamera yang baru dirilis itu akan membuat kamera model yang lama menjadi turun harganya, karena toko-toko ingin menghabiskan stok lama dan mengisinya dengan kamera model baru. Kalau memang kamera model lama mencukupi kebutuhan kita, kenapa tidak memanfaatkan keadaan ini?
Awas akan tawaran bonus atau paket
Hati-hati dengan salesman yang membujuk-bujuk kita membeli paket bundel, misalnya kamera dengan lensa tertentu atau bonus-bonus seperti tas kamera, kartu memori atau batere tambahan. Biasanya bonus-bonus yang diberikan kualitasnya kurang baik dan sudah termasuk di dalam harganya. Jangan terbujuk karena bonusnya saja.
Jual yang lama sebelum beli baru
Kalau memang kita memang membutuhkan peratalan baru, tidak ada salahnya juga menjual peralatan lama yang fungsinya mirip atau memang jarang sekali kita gunakan (misalnya selama ½ tahun tidak pernah memakainya). Nah, dengan penjualan barang lama, bisa membuat dana kita lebih besar untuk membeli peralatan baru yang lebih berkualitas.
Kerja di bidang fotografi
Bekerja di bidang fotografi juga bisa memberikan kesempatan kita untuk memakai dan mengunakan peralatan fotografi baru. Misalnya fotojurnalisme atau fotografer wedding, tinggal pesan dari kantor saja, beres deh.
Semoga berhasil mendapatkan apa yang diidamkan.

Belajar fotografi melalui film

Film (movie) memiliki banyak persamaan dengan fotografi. Sama seperti fotografi, film dibuat dengan mengunakan kamera, tepatnya video camera dan juga mengunakan lensa. Dalam beberapa tahun terakhir, kamera digital SLR banyak yang sudah bisa merekam video dan digunakan secara luas baik untuk hobi maupun profesional.
Sama seperti halnya fotografi, untuk memproduksi film yang berkualitas visual yang baik, diperlukan pemikiran yang matang terhadap lighting (pencahayaan), komposisi, warna dan sebagainya.
Oleh sebab itu, dengan menonton film yang baik secara visual, kita bisa belajar tentang fotografi juga. Yang penting kita tidak asal nonton saja, tapi sambil nonton, sambil memperhatikan elemen-elemen visual di dalam film. Contohnya komposisinya, dimana penempatan subjek utama? apakah di tengah-tengah atau agak sedikit kesamping (mengikuti aturan sepertiga). Darimana arah datangnya cahaya? apakah dari atas, bawah, atau samping? Keras atau lembut cahayanya? Mengapa sutradara memilih pencahayaan yang demikian?
Lalu perhatikan juga pengunaan warna di dalam menonton film. Warna biasanya dikaitkan dengan mood/perasaan. Warna kuning dan jingga menggambarkan perasaan yang hangat, gembira. Warna biru menggambarkan suasana yang dingin atau tenang. Warna gelap seperti hitam menggambarkan suasana yang misterius dan horror.
Dari menonton film, kita-kita yang belajar fotografi bisa memperoleh manfaat untuk meningkatkan ilmu fotografi kita. Maka dari itu kalau bisa jangan sekedar nonton, tapi juga perhatikan komposisi elemen-elemen visual yang digunakan sang sutradara.
Beberapa film dari jaman dulu yang visualnya bagus untuk dipelajari:
day-of-heaven
Days of Heaven (1978) Pemeran utama Richard Gere
Film jadul ini scene-scenenya hampir semua dibuat pada sore menjelang malam hari saat matahari rendah di cakrawala dan memancarkan cahaya keemasan. Di fotografi, kita mengenal istilah magic hours, yaitu sekitar 30 menit sebelum matahari tenggelam. Saat itu warna langit dramatis dan hangat.
the-last-emperor
The Last Emperor (1987)
Film tentang kehidupan Puyi, kaisar terakhir Dinasti Qing Cina dari kecil sampai tua. Di dalam film ini, digunakan banyak sekali warna-warna yang merefleksikan atmosfer pada saat itu. Misalnya sutradara memilih warna-warna cerah seperti kuning dan jingga pada saat Puyi kecil melukiskan masa-masa bahagianya. Dan mengunakan warna yang agak kelam (saturasi warna yang rendah) pada saat Puyi ditahan.
in_the_mood_for_love
In the mood for Love (2000) pemeran utama Maggie Cheung & Tony Leung
Film Hongkong ini tentang kisah percintaan antara dua insan yang kesepian karena ditinggal oleh pasangan mereka. Film ini menarik karena kameramennya adalah juga fotografer. Maka dari itu komposisi foto ini sangat menarik secara visual dan lebih terkesan fotografi daripada komposisi yang biasanya kita lihat di film. Pemakaian warna-warna juga sangat baik untuk menggambarkan mood. Seperti penggunaan warna merah untuk menggambarkan cinta yang menggebu.

Tips Foto Makanan

Supaya keliatannya enak, foto makanan sebenarnya sederhana saja, kuncinya ada beberapa. Siapa saja bisa coba, baik pakai kamera DSLR atau pakai kamera saku sekalipun.
Pertama-tama kita perlu cahaya, cahaya bisa dari matahari atau dari lampu. Cahaya bisa dari berbagai arah, tapi saya sarankan dari samping atau dari belakang. Kalau dari depan kesannya seperti diterangi lampu sorot atau lampu kilat.
Lalu ambil posisi sudut yang rendah, atau hampir sejajar dengan makanannya. Hindari dari atas seperti contoh dibawah.
Foto makanan diambil dari atas kesannya membosankan
Foto makanan diambil dari atas kesannya membosankan
Selain itu gunakan bukaan yang relatif besar, sehingga membuat ruang tajam menjadi tipis dan berkesan tiga dimensi.
Terakhir, krop foto tersebut cukup ketat, jangan takut ada bagian dari makanan atau piring terpotong, fokus ke bagian yang paling menarik.
Selamat mencoba!
Dari sudut rendah, hidangan tampak lebih menggiurkan
Dari sudut rendah, hidangan tampak lebih menggiurkan

Perbedaan tukang foto dengan fotografer

Pada dasarnya istilah tukang foto dan fotografer sama saja, yaitu orang yang ahli dalam membuat foto. Tapi istilah tukang foto lambat laun menjadi menurun nilainya, sedangkan titel fotografer semakin keren dewasa ini.
Dulu seseorang disebut tukang foto (kadang disebut juga kameramen), adalah orang yang menguasai teknik fotografi yang baik, tapi sekarang ini, tukang foto identik dengan orang-orang yang sekedar bisa mengunakan kamera dan tidak harus ahli di dalam bidangnya, apalagi di era digital yang serba otomatis, tinggal jepret pakai lampu kilat saja langsung, pasti terang gambarnya.
Tukang foto juga lebih identik dengan orang-orang yang menjajakan jasa foto dengan tarif relatif murah, seperti yang kita lihat di kawasan wisata ataupun tukang foto di acara-acara sosial seperti pernikahan
.
Lalu apa beda tukang foto dengan fotografer?
Kalau tukang foto lebih bersifat reaktif terhadap suatu keadaan, fotografer pendekatannya lebih berbeda. Seorang fotografer menghabiskan banyak waktunya tidak di dalam sesi pemotretan saja, tetapi sebagian besar lebih ke pembuatan konsep & ide, perencanaan, persiapan, dan setelah selesai foto, masih harus melakukan post-processing (editing), layout dan percetakan.
Banyak yang harus dipikirkan untuk menjadi fotografer, apalagi fotografer profesional yang bertarif tinggi. Ide kreatif, eksekusi dan hasil foto lah yang membuat seorang fotografer dibayar jauh lebih tinggi nilainya daripada aksi motret itu sendiri.